Bertandang ke Rumah Om Joni Ariadinata

Tuesday 11 June 2013

Wawancara Han Gagas dengan om Joni Ariadinata di sini.

Bertandang ke Rumah Joni Ariadinata
Aku dan Han Gagas berkunjung ke rumah Joni Ariadinata (redaktur Majalah Sastra Horison) Sabtu siang (25 Mei 2013) dalam rangka silaturahmi (sastra) wawancara Buletin Pawon Sastra. Aku tidak terlalu mengenal sosok beliau.

Namun dari cerita seorang kawanku, beliau seorang penulis yang mumpuni. Bukan suatu kebetulan aku bisa bertandang ke rumah beliau. Sebab di sana aku ternyata mendapat banyak "ilmu". Mengenai proses kreatif seorang penulis dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Aku lebih suka menyimak dan meresapkan kata-kata mutiaranya ke dalam dada. Layaknya berguru pada seorang guru ngaji waktu kecil dulu.

Aku belum pernah ke rumah om Joni. Han Gagas sedikit tahu arah jalan ke Gamping (pasar Gamping). "Timur pasar Gamping, Karangnongko RT 03 RW 19, Gamping Kidul, Gamping." Begitu alamatnya.

Sabtu yang panas namun bermendung. Aku menjemput Han Gagas di barat jalan layang Janti Yogya. Berbekal tanya pada seorang pengendara motor, kami pun melaju. Sampai di perempatan Tugu kami bertemu lagi dengan orang yang kami tanyai itu. Ini sebuah keajaiban, kukira. Aku menganggapnya malaikat. Hahaha...

Sampailah kami di rumah Joni Ariadinata sekitar jam 12.30 WIB. Segera setelah kami sholat dhuhur sejenak di masjid Al Ikhlas menuju ke rumah om Joni.

Proses Kreatif Penulis
Banyak cara dalam berproses menjadi penulis. Saya kira tergantung individunya masing-masing. Pengalaman masa kecil, lingkungan dan pergaulan sangat berpengaruh. Proses kreatif Joni Ariadinata bisa dibaca link-link di bawah.

Dari cerita-cerita om Joni, ada banyak sekali hikmah yang menarik untuk dipelajari.

Aku tertegun ketika bertandang ke rumah Mahwi Air Tawar yang ternyata bersebelahan dengan rumah om Joni Ariadinata. Begitu sederhana. Sangat sederhana. Di pinggir sungai yang tenang dan di samping tanah kebun yang mengingatkan aku pada rumah nenekku waktu kecil dulu. Memoriku tertarik ke belakang. Betapa aku merindukan suasana seperti ini. Suara hewan khas kebun dan sungai. Rumput, pohon salam, rambutan/AC, pohon mangga, sumur, dan bau tanah basah yang menggoda. Masih ku jumpai suasana tenang seperti ini di Yogyakarta. Aku terkagum.

Proses kreatif setiap penulis pasti berbeda-beda. Aku sangat menyukai keheningan di tengah keramaian kota. Seperti om Joni Ariadinata dan mas Mahwi Air Tawar.

Terkadang sebagai penulis, menginginkan tulisannya banyak dibaca orang dan mendapat tempat. Tetapi itu tidaklah mudah. Untuk mengangkat karya dan nama butuh suatu keberuntungan. Dan ini tidak banyak terjadi atau tidak banyak disadari oleh penulis.

Gimana caranya mendapat "keberuntungan" tersebut? Keberuntungan tidak bisa dipelajari. Disarankan berbekal doa kuat, ikhtiar yang keras, mimpi yang berkelanjutan, karya yang bagus tentunya. Silaturahmi sesama penulis.

Perihal Nama
Nama bagi seorang penulis sangat penting. Pemilihan nama (pena) harus dipikirkan betul. Biasanya banyak orang (penulis) yang suka memakai nama samaran. Begitu pula aku. Waktu menasbihkan diri memakai nama Ekohm Abiyasa, aku begitu bangga dan percaya diri. Namun itu rupanya agak menyulitkan banyak orang ketika mereka memanggil namaku itu. Dan aku sendiri pun sempat menimbang ulang dengan nama tersebut. Kebetulan aku dan Han Gagas bertandang ke rumah om Joni Ariadinata. Setelah beliau membaca puisiku yang dimuat Buletin Pawon Sastra Solo, beliau mengusulkan perubahan nama. Biar lebih enak diingat dan mudah diucapkan. Jadilah, nama Eko Abiyasa.
Mulai malam ini nama pena saya Eko Abiyasa. Saya tidak bisa merubah nama dalam facebook, tersebab terlalu banyaknya saya merubah-rubah. Terima kasih om Joni Ariadinata atas penasbihan nama ini.

Salam hangat. Do'a kuat!
Link
Begitulah, setelah srawung dari rumah om Joni. Aku langsung berganti nama pena.Terima kasih.

Namun Sosiawan Leak berbeda pendapat.
"Ekohm Abiyasa! Nama pertamanya dengan huruf 'hm' serasa tak biasa, nyleneh, tak terduga, bahkan berkonotasi liar! Gampang diingat; karena nama itu tidak pasaran 'eko' (maaf bagi yang punya nama 'eko' lainnya). Mudah-mudahan karyamu senyleneh namamu mas. Setak-terduga nama itu, seliar 'ekohm' mu!" Sumber di sini.

Terima kasih guru.

Seno Gumira Ajidarma, Sitok Srengenge, Jamal D Rahman, Agus Sarjono, Raudal Tanjung Banua, Arswendo Atmowiloto, Agus Noor, Mardi Luhung, Mahwi Air Tawar dll pun ternyata punya nama asli yang beda jauh dari nama pena. Namun dengan nama pena yang agak "aneh" dan mudah diingat menjadikan nama-nama mereka diperhitungkan di jagat sastra/budaya. Terlebih nama pena itu adalah pemberian dari seorang sastrawan ulung. Namun pun demikian kita juga harus punya karya yang bagus tentunya.

Itulah salah satu penting dalam pemilihan nama pena. Yah, meskipun begitu. Itu bukan suatu hal yang besar atau mendasar untuk dipusingkan. Enjoy saja!

Pulang
Kami (aku dan Han Gagas) minta ijin pulang ama om Joni karena sudah gelap. Namun dicegah. Nunggu sehabis maghrib saja. Setelah maghrib bergegas pulang.

Di tengah perjalanan kami kehujanan. Ini akan menjadi momen yang tak terlupakan. Kami nekat saja. Melewati dua "banjir kecil". Dekat Amplas dan jalan layang Janti. Kami berhenti di pinggir jalan berteduh dari hujan yang deras dan angin yang ganas. Akhirnya sampai di Maguwo. Setelah Han Gagas berkali-kali ditolak naik bus jurusan Surabaya-Yogya akhirnya dapat juga.

Sampai jumpa dikesempatan yang lain. Perjalanan yang menyenangkan.

Kehujanan ini tak sebanding dengan ilmu yang kuperoleh. Terima kasih.

Sedikit info mengenai Joni Ariadinata

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas