Akulturasi Teater Bangsawan

Sunday 21 October 2012

Oleh Hang Kafrawi  

Keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua kebudayaan bisa juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan mereka. Tentulah hal ini terjadi masyarakat asing tersebut mengusai atau menjajah masyarakat tempatan. Proses perubahan kebudayaan yang kedua biasanya akan mendapat perlawanan dari masyarakat tempatan, tetapi bagaimanapun juga lambat-laun perubahan kebudayaan akan terjadi.

Pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan tempatan di suatu dearah atau negara tidak pernah dapat dielak. Walaupun demikian perubahan kebudayaan itu tidak akan menghilangkan kebudayaan tempatan. Dalam mengadopsi kebudayaan lain atau adanya pemaksaan kebudayaan lain, masyarakat tempatan akan mempertahankan kebudayaan yang dimilikinya. Kebenaran atau identitas suatu masyarakat selalu terpancar dari kebudayaan yang turun-temurun dimilikinya.

Manusia dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu  kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya, sehingga unsu-unsur kebudayaan asing tadi lambat-laun diakomudasi dan dintegrasikan  ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaan sendiri, disebut alkuturasi (Koejtaraningrat, 1990, 99).

Banyak sekali pakar Antropologi berselisih pendapat mengenai akulturasi. Bagaimanapun juga penulis meyakini bahwa proses akulturasi terjadi di antara dua kebudayaan dan masing kebudayaan memiliki karakter yang berbeda, bukan antar individu-individu masyarakat. Redfiel mengatakan bahwa akulturasi merupakan proses dua arah atau dua kelompok yang saling mengadakan hubungan (Hari Poerwanto, 2000, 107).

Hubungan yang dimaksud Redfield bisa saja hubungan yang tidak diingini oleh suatu masyarakat, tetapi karena suatu masyarakat lain terlebih dahulu maju maka pengaruh kebudayaannya tidak dapat dielakan. Biasa masyarakat kebudayaan yang maju itu melakukan pemaksaan dalam bentuk menjajah masyarakat lain.   

Perubahan kebudayaan selalu berkaitan dengan kebudayaan yang dipengaruhi dan kebudayaan yang terpengaruhi. Kedua sifat ini menjadi tolok belakang pemikir Antropologi meletakan gagasan akulturasi. Malinowski mengatakan bahwa perubahan kebudayaan mungkin disdebabkan faktor-faktor dan kekuasaan spontan yang muncul dalam komunitas, atau mungkin hal itu terjadi melalui kontak dengan kebudayaan yang berebeda (Hari Poerwanto, 2000, 105).

Dalam proses akulturasi yang berlangsung dengan cara pemaksaan oleh masyarakat asing atau penjajah, biasanya perubahan kebudayaan hanya terjadi pada tatanan permukaan saja. Maksudnya, masyarakat tempatan hanya melaksanakannya pada aktivitas formal saja. Tetapi karena kebudayaan itu sering diperlihatkan maka lama-kelamaan kebudayaan asing itu menjadi kebudayaan tempatan.

Pihak penjajah yang menguasai suatu daerah akan menyebarkan kebudayaannya dengan paksa. Kebudayaan yang mereka miliki, dianggap lebih maju dari kebudayaan tempatan. Selain itu, dengan memaksa kebudayaan, mereka dapat melakukan eksploitasi kekayaan di daerah jajahannya (Soerjono Soekanto, 1942, 307).

Perubahan kebudayaan dengan cara pemaksaan, jelas sekali ada keinginan-keinginan di baliknya. Keinginan ini tentu merugikan masyarakat tempatan, tetapi karena adanya kekuasaan bermain maka masyarakat jajahan menerima. Tentu saja kebudayaan penjajah berbaur dengan kebudayaan jajahan yang mereka miliki selama ini.

Di atas telah disinggung bahwa keterbukaan juga menyebabkan perubahan kebudayaan. Keterbukaan yang dimksud di sini adalah keterbukaan sutau komunitas masyarakat menerima komunitas masyarakat lainnya tanpa ada perselisihan, kalaupun ada perselisihan itu cuma terjadi pada individu-individu dan perselisihan itu bukan menjadi pembahasan akulturasi. Sebab akulturasi ruang lingkupnya bukan individu tetapi pada masyarakat banyak atau kebudayaan.

Proses akulturasi yang tidak mengalami pertentangan di masyarakat tempatan dibawa oleh komunitas masyarakat asing yang memberi pencerahan pada masyrakat tersebut. Para cendikiawan, agamawan dan para pedagang, selalu mendapat tempat di tengah masyarakat dan mereka berpeluang menyebarkan kebudayaan yang mereka punyai (Ediruslan dan Hasan Junus, 1993, 45).

Tidak adanya pertentangan dari masyarakat tempatan disebabkan komunitas kebudayaan asing ini melakukan dengan pendekatan dan juga dilakukan dengan adaptasi kebudayaan yang tidak memaksa. Selain itu, kebudayaan yang mereka bawa berdaya-guna bagi masyarakat tempatan. Ralp Linton mengatakan perubahan kebudayaan yang diterima oleh suatu masyarakat dari masyarakat lainnya disebabkan ada kegunaan bagi masyaraakat lokal untuk memperoleh peradaban yang lebih baik dari sebelumnya (Soerjono Soekamto, 1989, 309).

Proses akulturasi pada prinsipnya mengubah kebudayaan lokal yang terkebelakang  menjadi kebudayaan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan ini tentu tidak berlawanan dengan konsep kebudayaan tempatan. Selain itu, pendekatan penyebaran kebudayaan juga menjadi dasar diterimanya kebudayaan asing menyatu ke dalam kebudayaan tempatan. 

Dalam penyatuan ini, terjadilah “tawar-menawar”, yang mana dari kebudayaan asing itu diterima dan mana yang tidak diterima. Tawar-menawar ini bisa menyebabkan kebudayaan asing yang lebih dominan dan bisa juga kebudayaan asing sebagai pelengkap mengisi kekurangan kebudayaan tempatan.   

Akulturasi Teater Bangsawan Riau

Tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat Riau adalah suku Malayu yang berhubungan erat dengan Malaysia. Pada tahun 1824 terjadilah pemisahan disebabkan adanya perjanjian Tratat of London, jajahan Belanda dinamakan Indonesia dan jajahan Inggris dinamakan Malaysia. Sebelumnya kedua daerah ini saling berhubungan. Untuk itu kebudayaannya juga tidak jauh berbeda.

Sesatu kebudayaan yang berkembang di tanah Malaysia akan menyebar ke daerah Riau. Melaka sebagai pusat kerajaan Melayu, ramai dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu kota-kota kecil seperti Johor, Sabah dan Penang merupakan tempat-tempat yang strategis dikungi bangsa-bangsa asing itu. Dari daerah inilah penyebaran kebudayaan sampai ke daerah kepulauan Riau.

Di sinilah awal penyebaran berbagai macam kebudayaan di Riau. Kesenian sebagai cabang dari kebudayaan juga berkembang di daerah ini melalui jalur yang sama. Salah satunya  cabang seni yang berkembang di Riau adalah seni teater. Bidang seni teater khususnya teater Bangsawan menjadi dasar tulisan akulturasi penulis.

Kehidupan seni pertunjukkan tradisional khususnya seni teater di Riau sampai saat ini masih bisa dinikmati, walaupun kehidupannya tidak semeriah di Pulau Jawa. Ada beberapa jenis seni teater di Riau yang berkembang antara lain: Makyong, Mendu, Randai, Mamanda dan Teater Bangsawan.

Pada umumnya, masyarakat Malayu (Riau) tidak menutup diri, sehingga kebudayaan asing bisa masuk dan akulturasi biasanya tidak mengalami pertikaian yang mendasar. 

Sebagaimana seni teater lainnya di Riau, seni teater Bangsawan juga bukan asli kepunyaan masyarakat Riau. Tetapi teater Bangsawan saat ini melekat menjadi hak milik masyarakat Riau. Hal ini disebabkan adanya proses akulturasi di antara kebudayaan Riau dengan kebudayaan Persia. Dalam buku Teater Tradisi Riau¸ Karangan Ediruslan dan Hasan Junus mengatakan bahwa teater Bangsawan berasal dari masyarakat Persia, tetapi karena adanya pertentangan idiologi, sebahagian masyarakat itu hitrah ke India. Masayarakat Parsia yang pindah ke India inilah mengembangkan teater tersebut, kemudian berkembang di Pulau Penang (Malaysia) dan menyebar pula ke daerah Kepuluan Riau (1993, 96).

Zaini KM mengatakan dalam buku Interkultural dalam Teater, teater trans-etnik muncul di Indonesia dari India lewat Malaysia (Penang). Dinamakan Wayang Parsi oleh orang Malaysia. Karena berbagai alasan, kelompok itu pulang ke India dan menjual segala peralatan kepada seorang Malaysia, Mohamad Pushi. Mohamad mengantikan nama teater itu menjadi teater Bangsawan, dimana bahasanya menggunakan bahasa Melayu (2000, 33).

Para pekerja Wayang Parsi datang ke tanah Melayu bertujuan untuk menghibur para pedagang India di kawasan itu. Bahasa yang digunakan tentu bahasa India dan mengangkat cerita dewa-sewa. Walaupun dipergelarkan untuk para pedagang India, pergelaran ini terbuka untuk umum. Jadi orang Melayu juga bisa menikmati pegelaran tersebut.

Setelah orang Melayu menguasai seni pertunjukan itu, maka cerita dan bahasa diadaptasi ke bahasa Melayu dan ceritanya pun diganti dengan cerita-cerita yang berkembang di masyarakat Melayu sendiri. Tarian dan nyanyian juga dimodefikasi sesuai dengan kebudayaan Melayu yang berkiblat pada kebudayaan Timur Tengah.

Cerita-cerita yang selalu mendapat tempat dalam Bagsawan antaranya, Hang Tuah Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat Dijulang dan Laksemana Bintan. CH. E.P. van Kerckhoff mengatakan pada masa untuk menggantikan cerita-cerita berasal dari India, kelompok Bangsawan mencari cerita-cerita asli daerah itu dari cerita sastra lisan yang hidup di tengah masyarakat (Ediruslan dan Hasan, 1993, 100).

Pernyataan ini menyiratkan bahwa masyarakat Melayu ingin melastarikan Wayang Parsi ini dengan kebudayaan tempatan. Selain itu perubahan yang akan terjadi tidak terasa karena menganggap Wayang Parsi bukan milik orang India tetapi sudah menjadi milik orang Melayu. Selain itu, tatacara pelaksanaan pertunjukkan itu diubah menurut kebudayaan Melayu.

Dalam pelaksanaannya untuk memainkan cerita-cerita Malayu asli ini, selalu didahului dengan upacara kenduri kecil, yaitu membaca doa selamat dengan makanan seadanya. Acara itu juga menandakan bahwa masyarakat menyetujui cerita-cerita sakral tersebut dipentaskan.

Biasanya hidangan yang dimakan bersama ialah pulut (ketan) kuning, yaitu kentang yang dikuningkan dengan menggunakan kunyit. Selain itu pulut kuning itu dilengkapi terlebih dahulu dengan lauk pauknya dan pisang. Setelah semua tersedia maka sebelaum pementasan diadakan makan bersama sesama pendukung pementasan di atas panggung tempat pementasan dilaksanakan.

Dasar melaksanakan kegiatan ini adalah cerita-cerita yang akan dipentaskan mempunyai kekuatan gaib dan merupakan cerita mengenai nenek-moyang mereka. Untuk itu sebelum melakukan pementasaan harus minta restu terlebih dahulu, kalau tidak akan terjadi bencana yang tidak diingini. Pelaksaanaan yang sama juga dilakukan oleh kelompok Wayang Parsi dari India, tetapi caranya berbeda. Kalau kelompok Wayang Parsi menggunakan adat istiadat India sedangkan kelompok Bangsawan menggunakan adat istiadat setempat berdasarkan Islam.

Setelah melakukan upacara permohonan tersebut barulah pertunjukan itu dimulai dengan sebuah lagu yang dikarang sendiri atau lagu yang berkembang di masyarakat. Lagu ini hanya berfungsi sebagai penarik penonton agar bersiap-siap mempersiapkan diri menyimak segala pelajaran yang terkandung dalam pertunjukan itu. Pada Wayang Parsi tidak ditemukan lagu pemukaan tersebut.

Penggunaan kostum juga mengalami perubahan yang sangat mencolok. Kalau Wayang Parsi menggunakan baju India, sedangkan pada pertunjukan Bangsawan Bajunya disesuaikan dengan keadaan raja-raja Melayu. Kesamaannya adalah kedua-duanya menggunakan baju yang sangat mewah.

Memang terjadi perubahan dari Wayang Parsi ke Bangsawan. Walaupun demikian bentuk pertunjukannya tidak mengalami perubaahan. Selain itu tema cerita tentang kebesaran-kebesaran penokohan juga tidak mengalami, cuma di Wayang Parsi mengangkaat tokoh-tokoh besar dewa-dewa sedangkan Bangsawan mengangkat kebasaran para sultan (raja).

Perkembangan berikutnya, Teater Bangsawan sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dimana pengaruh teater Barat mulai merasuki seni pertunjukan ini. Segala diatur sedemikian rupa sehingga Bangsawan bukan lagi merupakan seni yang sakral dengan segala macam persemahan, tetapi menjadi seni pertunjukan biasa. Segala yang diyakini sebagai penghantar permohonan sebelum pementasan ditiadakaan. Walaupun terjadi perubahan besar dalam Bangsawan, ada nilai-nilai yang mendukung pementasan itu yang tidak hilang. Kostum raja-raja yang mewah, cerita masih berdasarkan cerita rakyat dan kadang kala Setting panggung juga masih dipertahankan, dengan menggunakan terai-terai kain yang melukiskan tempat kejadian dalam pementasan itu.

Teater Bangsawan terus berkembang sampai sekarang. Di daerah Kabupaten Bengkalis Riau, seni teater Bangsawan menjadi ciri khas teater di daerah ini, walaupun “dihukum” oleh ketentuan teater barat. Perbedaan lainnya juga terletak pada cerita. Teater Bangsawan yang hidup di Bengkalis ini, ceritanya lebih mengangkat masalah sosial yang terjadi di daerah itu. Hal ini dilakukan disebabkan adanya tuntutan dari penikmnat seni yang lebih menyukai kejadian yang sedang mereka hadapi.        

Pada saat sekarang ini masyarakat Riau sudah menganggap Bangsawan milik mereka. Dengan demikian Bangsawan terus hidup menjadi identitas seni teater Riau dan untuk itu teater Bangsawan terus saja disosialisasikan ke anak-anak sekolah. Bahkan Dewan Kesenian Riau telah mengadakan festival teater Bangsawan, demi terlestarikan teater tradisional ini di tengah generasi muda Riau.

Penutup

Kebudayaan adalah sesuatu yang dinamis. Setiap saat ia bisa berubah, tentu saja ada penyaringan, sehingga perubahan itu tidak menghilangkan identitas sekaligus  tidak bertentangan dengan kebudayaan tempatan. Apabila berlawanan maka terjadilah penolakkan kebudayaan asing tersebut.

Akulturasi teater Bangsawan di Riau merupakan salah satu perubahan kebudayaan yang tidak mendapat halangan dari masyarakat setempat. Malahan Bangsawan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan. Tidak itu saja Bangsawan sudah pula dianggap milik masyarakat Riau.

Proses akulturasi Bangsawan merupakan sdalah satu contoh perubahan kebudayaan yang tidak meml;alui pemaksaan. Dapat juga digarisbawahi bahwa kebudayaan asing yang memilikidayaguna bagi masyarakat tempatan, maka kebudayaan itu akan diterima.

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas