Tips Penulisan Flash Fiction: Seberapa Pendek Anda dapat Bercerita

Tuesday 3 April 2012

Salah satu seni yang tumbuh bersama laju internet adalah Flash Fiction. Ketika pengguna mencari naskah-naskah pendek yang lebih mudah dibaca pada layar komputer.

Flash fiction adalah cerita yang sangat pendek. Ketika menuliskan sebuah flash fiction, ibarat anda maju ke medan perang dengan amunisi kata-kata yang terbatas. Untuk menyelesaikan cerita dan memenangkan perang, anda membutuhkan strategi dan teknik-teknik tersendiri.

Flash fiction sendiri memiliki definisi adalah sebuah cerita dengan panjang kata antara 300 sampai 1000 kata. Lebih panjang dari micro fiction (10-300 kata) tetapi lebih pendek cerita pendek yang telah kita kenal sebelumnya (3000-5000 kata.)

Flash fiction biasanya adalah sebuah cerita dengan satu tindakan atau langkah, terkadang merupakan titik puncak dari beberapa kejadian yang tidak tertulis atau disebutkan.


Artikel ini menawarkan beberapa teknik penulisan flash fiction. Anda dapat menggunakan teknik di bawah ini secara terpisah atau menggabungkannya.

Sebelumnya, saya membuat sebuah flash fiction berdasarkan teori ini. Saya jadikan contoh dan mari kita sama-sama belajar.

===================================================
Contoh cerita (FF saya ini saya sertakan sebagai pembanding)

Supadmi menyesali mimpi

Supadmi mencintai sang suami. Itu pasti. Malam ini Supadmi bermimpi indah sekali. Tentang hangat matahari dan kilau sungai-sungai.

Supadmi ingin berbagi mimpi dengan sang suami.

ooOOoo

Raga Sartono sakit luar biasa oleh luka-luka. Semakin perih oleh terjangan air samudra. Sartono masih bernyawa ketika tangan-tangan jahat melempar tubuhnya. Dia mati mengambang keesokan harinya.

Sartono mencintai sang istri. Itu pasti. Di akhir hayatnya, dia tak mau berbagi derita dengan Supadmi sang istri.

ooOOoo

"Oh, Sang Widhi. Kenapa aku kejam sekali. Memimpikan indahnya kilau sungai-sungai?" Raung Supadmi ketika menerima hasil otopsi.

“Tak pantas aku bermimpi kilau sungai, ketika raga suamiku tersayat pisau belati.” Dia menyesali mimpi-mimpinya.

Supadmi meraung meratap. Seperti Gandari yang menyesali kebutaan Destarata, Supadmi bersumpah tak akan bermimpi lagi.

===================================================

1) Ide kecil

Cobalah untuk melihat ide yang lebih kecil pada sebuah cerita besar.

Untuk menuliskan hubungan antara orangtua dan anak, anda membutuhkan novel untuk menuliskannya. Pikirkan tema yang lebih kecil dari tema di atas. Gambarkan bagaimana perasaan anak yang keinginnnya tidak terpenuhi. Bagaimana sikap bapak pada tagihan telepon yang membengkak. Bagaimana ibu menyikapi rapor merah anaknya.

Cari dan pikirkan topik-topik kecil lalu mulailah membuat cerita.

Pada contoh cerita di atas, ide sederhana yang saya pakai adalah kesetiaan pasangan.

2) Lupakan pengantar pada pembukaan cerita

Ketika anda menuliskan cerita, jangan mengambil dua halaman hanya untuk menjelaskan pengantar cerita. Cari cara untuk menjelaskan semuanya pada paragraph pertama, lalu lanjutkan dengan sisa cerita.
Pada contoh di atas, saya memulai cerita tentang kejadian yang dialami oleh sang istri.

3) Mulai dari pertengahan aksi

Senada dengan teknik nomor 2, mulailah bercerita di bagian tengah aksi. Seorang pria berlari. Bom berhasil dijinakkan. Seekor monster di dalam rumah. Anda tidak perlu mendeskripsikan lebih jauh lagi. Pembaca dapat membuat persepsinya sendiri berdasarkan cerita anda.
Saya memulai cerita di atas dari pertengahan aksi.

4) Fokus pada satu gambaran terkuat

Carilah satu gambaran terkuat lalu fokus hanya pada gambaran itu pada keseluruhan cerita.
Gambaran terkuat yang menjadi bahasan pokok adalah kesetiaan yang sekaligus menjadi ide cerita.

5) Buatlah pembaca menebak-nebak sampai akhir cerita

Pertahankan misteri cerita selama mungkin. Pembaca mungkin tidak memiliki gambaran tentang apa yang terjadi pada sebagian besar cerita. Ini akan memaksa mereka untuk terus membaca. Di bagian akhir cerita, anda harus membayarnya dengan eksekusi cerita yang menarik.
Pada contoh di atas yang terdiri dari tiga segmen, baru pada segmen terakhir semua cerita terhubung.

6) Gunakan referensi atau rujukan

Dengan menggunakan referensi yang mengarah pada sebuah kejadian (yang terkenal) anda dapat menghemat banyak kata. Rujuk ke peristiwa sejarah. Gunakan situasi yang terkenal. Misalnya jika anda membuat cerita dengan set kapal Titanic, anda tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi pada kapal itu karena semua orang telah mengetahuinya. Anda dapat menggunakan kata-kata anda untuk membuat gambaran yang lain.
Perhatikan penggunaan kisah Gandari dan Destarata yang saya masukkan. Cerita terkenal bagian dari Mahabarata. Penggalan kisah itu mampu membawa pikiran ke kisah komplek dan memberikan gambaran bagaimana kuatnya niat sang istri.

7) Teknik memutar atau kembali ke awal cerita.

Mirip dengan teknik nomor 5, teknik ini mengijinkan penulis untuk membuat beberapa eksekusi akhir pada bagian akhir cerita. Bayangkan saja gaya sebuah guyonan, bagaimana guyonan baru terlihat lucunya di bagian akhir.
Saya tidak memasukkan teknik ini pada cerita di atas. Cari ide sendiri ya...:-)

Menulis sebuah flash fiction merupakan tantangan. Analoginya, anda seperti tentara yang maju ke medan laga dengan sedikit peluru. Dengan sedikit kata-kata, anda harus bisa membuat sebuah cerita.
Sebuah tantangan menarik tentunya. Jadi, kenapa anda tidak mencoba membuat sebuah flash fiction sekarang?

Ada masukan? Silakan anda tambahkan tips dan mari kita tunjukkan seberapa pendek kita dapat bercerita !

Terjemahan bebas dari artikel G.W. Thomas dengan penambahan contoh.

Sumber disini

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas