Merawat Semangat Menulis

Tuesday 10 April 2012

Dari para penulis sukses kita belajar betapa pentingnya menjaga konsistensi dalam penulisan. Konsistensi ini sangat menentukan keberhasilan seseorang berkarier dalam dunia tulis-menulis. Kendati banyak orang yang paham betapa pentingnya konsistensi dalam penulisan, tapi tak banyak  yang berhasil mempertahankannya. Banyak kendala dalam perjalanan menyebabkan sang calon penulis sukses urung melanjutkan langkahnya. Dia memilih untuk berhenti karena merasa melakukan sesuatu yang sia-sia, bahkan merasa tidak berbakat sama sekali.

Begitulah kisah para calon penulis yang memilih off daripada melanjutkan mengayuh dayung mencapai pulau tujuan: menjadi penulis yang berhasil. Sebenarnya manusiawi saja kalau orang membatalkan niatnya untuk menjadi penulis, toh masih ada banyak profesi lain yang bisa digeluti dan cukup menjanjikan. Akan tetapi, bagaimana jika tarikan keinginan untuk menulis itu selalu datang dan memanggil-manggilnya untuk kembali menulis? Tapi, apa daya, tarikan itu tak mampu menggoyahkan niatnya untuk kembali. Ia suntuk dengan profesi lain, padahal ruh-jiwanya ada pada dunia penulisan.

Persoalan yang acapkali menjadi kendala dalam penulisan adalah kehilangan semangat menulis saat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan. Dalam perjalanan itu, godaan untuk pergi dari dunia penulisan selalu saja ada. Godaan untuk lepas dari komitmen untuk menjadi penulis bisa hadir kapan saja. Bagi sebagian orang, akan memilih keluar saja dan mengikuti niat atau profesi barunya itu. Bagi sebagian lain,  memilih tidak mempedulikan godaan itu. Ia tetap konsisten menulis karena ia menanamkan komitmen untuk menjadi penulis yang berhasil kelak.

Nah, beberapa hal yang bisa menyemangati kita untuk menjaga dan merawat semangat menulis, diantaranya, pertama, jadikan pekerjaan menulis sebagai arena pengabdian. Dengan menjadikannya sebagai arena pengabdian, maka kita akan lebih kuat bertahan dari godaan untuk keluar dalam lingkaran penulisan. Kedua, jadikan menulis sebagai wujud ibadah. Orang memilih banyak cara untuk beribadah dengan menekuni bermacam-macam kegiatan. Kita yang suka menulis, seyogianya menjadikan kegiatan menulis sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, wujud amal-bakti dan sebagai bukti bakti kita kepada Tuhan dan sesama.

Ketiga, jadikan kegiatan menulis sebagai medan perjuangan untuk mencapai visi hidup. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk turut  mencerdaskan masyarakat Indonesia, maka patri-lah visi itu di dalam benak dan wujudkan ke dalam karya nyata. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk menjadi penulis profesional, ukir-lah itu di dalam hati dan segera membuatnya menjadi kenyataan.  Ini tantangan! Beranikah kita menyambutnya?

Salam menulis.

( I Ketut Suweca, 1 April 2012).

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas