Chapter 5: Jenuh

Thursday 22 March 2012

Sudah tiga hari ini diriku terjebak dalam kekosongan. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Kesana kemari tak tentu arah. Dan tak punya tujuan jelas.

Duh hari!, kau cepatlah berlalu. Diri seperti terkubur hidup-hidup dalam mesin waktu. Aku menjumpai segala hal.

Ingin kesana tapi kaki seperti susah sekali buat melangkah ingin kesana, jarum hati menusuk-nusuk. Seperti permainan saja. Tak kuasa, lemah daya. Hanya ada secelah harapan. Yang ada, menunggu waktu.

Rasanya campur aduk saja. Menikam-nikam. Muka harus tebal biar tahan. Hati juga demikian biar tahan cercaan, fitnah dan kejahatan mulut manusia. Seharusnya aku mengikuti 'rasa' bukan pikir saja. Sebab pikir ini menipuku. Tidak membaur bersama teman-teman seperjuangan. Duh maafkan kawan. Segalanya memang tidak seperti yang kupikirkan, tidak juga yang kau pikirkan.

Semua butuh proses. Proses memerlukan waktu dan sebagainya. Kunci utamanya adalah 'sabar'. Ya bersikap sabar terhadap segala hal. Baik dan buruk.

Aku ingin waktu ini segera meninggalkanku. Pergi dari sini pergi menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga. Lahaula wala quwwata illa billah..

Catatan pada tanggal 6 Oktober 2009
Karanganyar.

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas